Sabtu, 17 Juli 2010

Tentang sastra

PENGERTIAN SASTRA

Oleh : Ana Herlina *
Kata kesusastraan dari bahasa sansekerta, terbentuk dari kata susastra dan mendapat imbuhan ke-an. Kata susastra masih dapat dipecah lagi menjadi kata su dan sastra. Su berarti baik atau indah, sedangkan sastra bararti tulisan, huruf, atau karangan. Susastra berarti tulisan atau karangan yang baik dan indah, sedangkan imbuhan ke-an berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan katayang mendapat imbuhan tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesusastraan berarti semua tulisan atau karangan yang ditulis dengan bahasa yang indah dan mengandung nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Jadi dalam kesusastraan itu tulisan atau karangan harus meliputi :
1. Bahasa yang terpelihara baik
2. Isinya yang baik arttinya benar-benar menggambarkan kebenaran dalam kehidupan manusia di alam ini.
3. Cara menyajikan haruslah indah dan menarik sehingga terkesan dan dapat menyentuh hati pembaca atau pendengarnya.

MANFAAT SASTRA
Apakah manfaat sastra? Penyair Romawi kuno, Horatius merumuskan manfaat sastra dengan ungkapan yang padat, yaitu dulce et utile 'menyenangkan dan bermanfaat". Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang diberikan sastra, sedangkan bermanfaat dapat dihubungkan dengan pengalaman hidup yang ditawarkan sastra. Hiburan apakah yang ditawarkan sastra? Sastra, antara lain menawarkan humor seperti yng dilihat pad petikan berikut : Hujan Air hujan turunnya ke cucuran atap Kalau banjir atapnya yang turun ke air Penderitaan Berakit-rakit ke hulu Berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahulu Bersakit-sakit berkepanjangan (Taufik Ismail) Siapakah pembaca yang tidak tersenyum simpul digelitik humor sajak ini? Pengalaman apakah yang ditawarkan sastra? Sastra antara lain, menawarkan pengalaman hidup yang dapat memperluas wawasan pembacanya seperti yang terlihat pada sajak berikut: TUHAN, KITA BEGITU DEKAT Tuhan, Kita begitu dekat Sebagai api dengan panas Aku panas dalam apimu Tuhan, Kita begitu dekat Seperti kain dengan kapas Aku kapas dalam kainmu Tuhan, Kita begitu dekat Seperti angin dan arahnya Kita begiu dekat Dalam gelap Kini aku nyala Pada lampu padammu (Abdul Hadi) Penyair Abdul Hadi ingin berbagi pengalaman religiusnya dengan pembacanya. Pada suatu saat ia begitu dekat dengan Tuhan. Pada saat yang lain ia merasa tidak berarti di hadapan Tuhan, seperti nyala lampu ketika padam, musnah, hilang, ke dalam Yang Maha Gaib.
Apresiasi dapat diartikan usaha pengenalan suatu nilai terhadap nilai yang lebih tinggi. Apresiasi itu merupakan tanggapan seseorang yang sudah matang dan sedang berkembang ke arah penghayatan nilai yang lebih tinggi sehingga ia mampu melihat dan mengenal nilai dengan tepat dan menanggapinya dengan hangat dan simpatik. Seseorang yang telah memiliki apresiasi tidak sekedar yakin bahwa sesuatu yang dikehendaki menurut perhitungan akalnya, tetapi menghasratkan sesuatu itu-itu benar-benar berdasarkan jawaban sikap yang penuh kegairahan untuk memilikinya. Apresiasi Sastra Bertolak dari pengertian apresiasi seperti dikemukakan di atas, apresiasi sastra dpatdiartikan sebagai pengenalan dan pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra yang dapat menimbulkan kegairahan terhadap sastra itu, serta menciptakan kenikmatan yang timbul sebagai akibat semua itu. Dalam mengapresiasi sastra, seseorang akan mengalami sebagian kehidupan yang dialami pengarangnya, yang tertuang dalam karya ciptanya. Hal ini dapat terjadi karena adanya daya empati yang memungkinkan pembaca terbawa ke dalam suasana dan gerak hati dalam karya itu. Kemampuan menghayati pengalaman pengarang yang dituliskan dalam karyanya dapat menimbulkan rasa nikmat pada pembaca. Kenikmatan itu timbul karena pembaca antara lain :
1. Merasa mampu memahami pengalaman orang lain
2. Merasa pengalamannya bertambah sehingga dapat menghadapai kehidupan dengan yang lebih baik
3. Merasa kagum akan kemampuan sastrawan dalam memberikan, memadukan, dan memperjelas makna terhadap pengalaman yang diolahnya
4. mampu menemukan nilai-nilai estetik dalam karya itu.

*Fkip Bahasa indonesia semester 6 kelas A




















BENTUK-BENTUK PUISI


Oleh : Ana Herlina*

1. Mantera
Mantera ialah kalimat-kalimat atau susunan kata-kata yang mengandung makna atau kekuatan gaib yang diucapkan pada tempat dan waktu tertentu. Dengan maksud untuk menambah atau menimbulkan kekuatan kepada orang yang mengucapkan. Berikut ini contoh mantera untuk menghilangkan kesialan, dalam bahasa jawa
a. Niat ingsun ados kembang setaman
Niat ingson ngedusi rogo, sukmo, nyowa
Rogo suci
Nyowo suci
Suci.....Saking kersaning Gusti Allah
b. Mantera agar berhasil baik sewaktu berburu rusa (kalimantan)
Sirih lontor, pinang lontor, terletak diatas penjuru
Hantu buta
Jembang buta
Aku angkatkan jembang rusa
2. Bidal
Bidal adalah susunan kalimat-kaliamat atau kata-kata yang mengandung pengertian atau melukiskan sindiran, perbandingan serta kiasan. Contohnya
a. Peribahasa
• Air bercucuran atap jatuhnya ke pelimbahan jua.
• Buruk rupa cermin dibelah
b. Tamsil, kiasan atau ungkapan yang bersajak atau berirama
• Bagai durian dengan mentimun
• Ibarat bunga, segar dipakai layu dibuang
• Seperti kucing dengan anjing
3. Pantun
Pantun adalah puisi lama yang terdiri dari empat baris dalam satu baitnya. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi. Contoh pantun yaitu :
a. Burung merpati burung dara
Terbang menuju angkasa luas
Hati siapa takkan gembira
Karena aku telah naik kelas
4. Karmina
Dalam khasana kesustraan Indonesia terdapat pula pantun yang lebih ringkas, pantun yang demikian dinamakan pantun kilat atau karmina. Karmina digunakan untuk sindiran, ejekan dan kejenakaan. Contohnya :
a. Pantun kilat yang berisi ejekan
• Kayu lurus dalam lading
Badanmu kurus tinggal tulang
Kecap dimasak gado-gado
Wajahnya cakap sayangnya bodo
b. Pantun kilat yang berisi sindiran
• Kalau mulut tajam dan kasar
Tentulah dapat bahaya besar
Kurang piker kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
4. Talibun
Pantun yang lebih panjang yaitu pantun yang jumlah barisnya lebih dari empat baris. Berfungsi untuk alat penghubung, nasehat atau bercanda. Syarat penulisan talibun yaitu :
a. Tiap hari terdiri atas 6, 8, 10, 12 baris atau lebih, tetapi selalu genap.
b. Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata, lazimnya 10 suku kata.
c. Bersajak a b c - a b c atau a b c d – a b c d
d. Bagian atas merupakan bagian bawah
5. Seloka
Seloka disebut juga pantun berbingkai, pantun berkait atau pantun berantai. Bedanya dengan pantun, baris kedua dan keempat pada bait pertama, diulang kembali pada baris pertama dan ketiga pada bait kedua. Baris kedua dan keempat bait kedua diulang pada baris pertama dan ketiga bait kedua dan begitu seterusnya. Contohnya sebagai berikut :
• Buah kudu jatuh kesemak
Mangga muda dimakan rusa
Aku rindu ibu dan bapak
Karena lama tidak bersua
Mangga muda dimakan rusa
Kera bermain batang ilalang
Karena lama tidak bersua
Kuingin segera pulang

5. Gurindam
Gurindam disebut juga pantun dua seuntai sebab tiap bait dalam gurindam terdiri dari dua kalimat. Kalimat pada baris pertama menyatakan pikiran atau peristiwa, sedangkan kalimat pada baris kedua menyatakan katerangan atau penjelasan yang dinyatakan pada kalimat yang pertama, isi gurindam kebanyakan nasihat. Contohnya sebagai berikut :
• Kurang piker kurang siasat
Tentu dirimu akan tersesat
• Barang siapa meninggalkan sembahyang
Bagai rumah tidak bertiang
• Awal diingat akhir tidak
Alamat badan akan rusak
• Jika hendak mengenal orang berbangsa
lihat kepada budi bahasa

Bentuk-bantuk Puisi baru
Puisi baru adalah pancaran masyarakat baru dan banyak dihasilkan oleh para sastrawan angkatan balai pustaka dan pujangga baru. Puisi baru dapat dibagi menjadi beberapa macam :
1. Distichon atau sajak dua seuntai jumlah barisnya dua contohnya :
Berkali-kali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali jatuh
Kembali berdiri dan jangan mengeluh
2. Terzina atau sajak tiga seuntai contohnya :
EMBUN
Berkilau bak mutiara
Diujung daun bergantung manja
Bening indah mempesona
Sinar matahari yang merona
Menghantar keasalmu semula
Zat yang beterbangan diudara
3. Quatrin atau sajak empat seuntai contohnya :
DESAKU
Rumput-rumput terhampar luas
Gunung biru berselimutkan awan
Burung-burung beterbangan bebas
Mengiringi anak-anak yang berlarian
Penduduk sawah bahu-membahu
Mencangkul tanah dengan gembira
Ramai bekerja sejak dahulu
Adat kita bekerja didesa

4. Sextet atau sajak enam seuntai, tiap bait enam baris contohnya :
MERINDUKAN TENGAH MALAM
Jika hari telah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Alam seperti dalam semedi
Sukma jiwaku terasa tenggelam
Dalam laut tidak berbatas
Menangis hati diiris pedih

*Fkip Bahasa Indonesia semester 6 kelas A